Minggu, 11 November 2012

Melewati Ujian Dalam Membesarkan Buah hati Part 1 (Sang Kakak)

waktu itu hari jumat (tanggal nggak disebutin) tahun 2005, setelah ashar tepatnya pukul 15:18 wib, lahirlah putri pertamaku dengan berat 2.7 kg dan panjang 48 cm, kami berikan nama Zhafira Salsa.
Rasa baru memiliki momongan sungguh sangat luar biasa. Banyak pengalaman yang kami dapatkan dalam membesarkan putri pertama kami ini hingga besar seperti saat ini.


Salsa atau chacha (begitu waktu kecil biasa dia di panggil sehari-hari di rumah) baru bisa berjalan di umur 15 bulan,kami tinggal di rumah orang tua istriku dan sampai saat ini pun kami masih menempati rumah itu. Waktu itu rumah kami tempati ber-5 yakni aku, istriku, Salsa, (almarhumah) ibu mertua, dan (almarhumah) nenek mertuaku (Salsa memanggilnya dengan sebutan enyang) kebetulan istriku adalah anak bungsu dari 7 beradik, oh ya enyang salsa ini meninggal pada usia 103 tahun loh.
Salsa kecil sangat sayang dan manja dengan neneknya, setiap Salsa memiliki makanan dia selalu ingat kepada nenek dan enyangnya, tak segan Salsa menyuapi enyangnya apabila Salsa sedang memegang makanan. Hal ini yang tak pernah bisa lepas dari ingatanku.

Perjalanan waktu membesarkan Salsa bukan tidak menemui rintangan, umur 1 tahun 8 bulan Salsa menderita Diare hebat, kebetulan saat itu habis kemarau panjang dan kabut asap menyelimuti kota pontianak. Sejak awal melihat gejala Salsa sakit kami langsung membawanya berobat ke doker anak, akan tetapi keesokan harinya menjelang sore kondisinya semakin parah dan kami putuskan untuk rawat inap, selepas magrib kami langsung bawa Salsa ke UGD rs soedarso tapi kami di tolak dengan alasan ruangan penuh semua dengan pasien diare dan tanpa pikir panjang kami langsung bergegas menuju rs antonius kebetulan waktu itu rumah sakit di Pontianak belum banyak seperti saat ini.
Sesampainya di Antonius, Salsa langsung di berikan infus sambil saya mencari ada tidaknya ruangan kosong sayang ternyata juga penuh semua akhirnya kami kembali lagi ke RS sudarso, melalui kerabat disana kami minta bantuan agar Salsa tetap bisa dirawat. Setelah kami tunggu sejak pukul 20:00 hingga pukul 22:00 wib masih juga belum dapat ruangan, kami sudah putuskan untuk pulang dengan pertimbangan cuaca yang semakin malam semakin tidak baik buat kondisi Salsa. Pada saat infus sedang akan di buka datang kabar gembira dari kerabat di ruangan anak bahwa malam itu ada pasien yang pulang (kami juga gak tau pasien pulang malam karena sembuh atau terjadi hal lain), yang jelas hal ini membuat kami sangat bersyukur dan infus tidak jadi di lepas.
Setelah melewati perawatan selama 5 hari yang di tangani oleh dr dina.SpA akhirnya Salsa dapat pulang kerumah lagi...Alhamdulillah.

Setelah beberapa bulan lewat, pertumbuhan berat badan Salsa tidak menunjukan kenaikan malahan cenderung turun, kami mulai khawatir lagi apalagi setelah diperhatikan, istriku mulai curiga karena ada  kelenjar diketiak Salsa, langsung saja kami konsultasikan hal ini ke dokter anak yaitu dr Robroy.SpA. Menurut dokter tersebut kelenjar tersebut adalah kelenjar tuberculosis (TB) ini yang menyebabkan berat badan salsa tidak bisa naik, Salsa pun oleh dokter diharuskan kembali menjalani pengobatan bahkan hingga 1 tahun lamanya, setiap pagi sehabis bangun tidur sebelum masuk makanan ke perut Salsa harus minum puyer racikan dokter tersebut yang rasanya "doudle waw" pahitnya.
Alhamdulillah berangsur-angsur berat badan salsa setiap bulannya bertambah. setelah setahun pengobatan pun di anggap tuntas.

Di umur yang ke 3 tahun kami putuskan Salsa masuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kami sangat senang akan melihat Salsa bersekolah, tapi itu harus tertunda sementara karena pada hari pertama seharusnya Salsa duduk dibangku sekolah pada pagi itu pula nenek mertua (enyang) dipanggil menghadap Yang Kuasa. Keesokan harinya Salsa pun sudah mulai bersekolah dan Salsa pun sangat bersemangat sekali untuk bersekolah.
Suatu hari di bulan agustus 2007, Salsa pulang dari sekolah dengan suhu bandan panas, kami bawa ke dokter anak lagi, diagnosa dokter waktu itu kemungkinan kena tifus, dan belum perlu rawat/opname. Tapi apa yang terjadi, 2 hari kemudian waktu itu pagi hari salsa bangun dari tidur kebetulan di ayun karena demam, Salsa mencoba berjalan dengan sempoyongan mendekati mamanya lalu seketika seperti "maaf" ayam habis di sembelih lalu tak sadarkan diri, pacah tangis istri dan mertuaku pun meledak, dalam panik tingkat tinggi saya berusaha tenang dan minta kepada istri saya agar salsa di sadarkan dulu dan segera diberikan air gula hangat dan akhirnya salsa dapat disadarkan
kami pun langsung bergegas berangkat menuju ke rumah sakit sudarso. Sampai di UGD salsa langsung di tangani oleh dokter jaga dan langsung menjalani tes laboratorium, kami cemas sambil menunggu hasil lab, kebetulan analis yang melakukan pemeriksaan saat itu suami dari teman saya, dan ketika ia tau pasien adalah anak saya dia berucap kepada saya,"kenapa baru dirawat, kamu hampir terlambat karena trombosit  anakmu tinggal 29.000/cmm dari nilai normal 150.000/cmm".Ya Allah, kali ini Salsa kena demam berdarah. Selama perawatan di rumah sakit kali ini adalah situasi yang paling menegangkan buat kami, gimana tidak Salsa lebih banyak tak sadarkan diri antar hidup dan mati, kami tidak tidur menjaganya setiap saat kami sentuh kakinya untuk mengetahui keadaannya setiap kakinya terasa dingin maka kami harus sapu dengan minyak kayu putih agar kembali hangat.  Observasi terhadap trombosit dilakukan setiap 6 jam sekali dan hasilnya selalu menurun. Hari ke 4 demam  adalah masa kritis, kami telah diberi tau itu, dan hari itu lah yang paling kami takutkan, ya tepat pada hari ke 4 demam itu kondisi Salsa saat itu "drop" nilai trombosit merosot drastis hanya menyisakan 9.000/cmm, dr.dedet.SpA yang merawat berlaku sigap dengan mengganti cairan infus dengan cairan infus khusus dan terus di guyur ke dalam tubuh Salsa hingga masa kritisnya lewat.
Mulai hari ke 5 trombosit perlahan mulai naik, Alhamdulillah Salsa kembali selamat dan pada hari ke 7 dapat kembali pulang kerumah.

Setelah seminggu istirahat dirumah akhirnya Salsa bisa kembali bersekolah dan bertemu dengan teman dan guru-gurunya. Dari kejadian terakhir ini, suatu malam aku dan istriku melakukan evaluasi lewat diskusi serius didalam kamar. Dari hasil diskusi itu kami simpulkan begini," mungkin Allah sedang menguji kami atau Allah sedang menegur kami karena sampai Salsa sebesar ini kami belum melepaskan alat kontrasebsi, mungkin Sang Kuasa sudah akan menitipkan kembali seorang anak kepada kami." Dengan pertimbangan inilah kami putuskan untuk melepas alat kontrasebsi dengan harapan Allah memberikan Salsa kesehatan. Dan 2 bulan kemudian istriku tidak datang bulan lagi alias hamil.

Sementara kisah perjalan hidup kami dalam membesarkan Salsa sampai di sini dulu, kita sambung ceritanya nanti dengan episode si adik juga dengan ujian yang tak kalah dari kisah Salsa ini.
Harapan saya semoga kisah ini bermanfaat bagi pembaca, dapat di ambil hikmahnya, terutama bagi pasangan baru menikah, agar dalam panik tetap harus dapat berfikir logis.








2 komentar:

  1. Anak adalah "titipan" yang paling berharga dari apapun...

    BalasHapus
  2. Bener mas, makanya itu apalagi kan yang nitip itu Yang Maha Kuasa jadi harus di jaga dengan sepenuh jiwa dan raga.

    BalasHapus
:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!